Sabtu, 20 Juli 2013

Nasib KPR kami

Setelah menikah, kami berkelana kesana kemari hihi. Delapan bulan di negeri tape, empat bulan di negeri brem, enam bulan di dampit, dan selebihnya di kota malang sebagai kontraktor. Berdasarkan pengalaman ngontrak yang tidak menyenangkan, sedikit demi sedikit kami memberanikan diri untuk bermimpi mempunyai rumah sendiri. Mimpi ini berawal dari sebuah perjalanan mencari kontrakan baru dan secara tidak sengaja menemukan sebuah rumah mungil di tepi kota malang dengan tulisan for sale.
Menghubungi si pemilik rumah -yg akhirnya kami menyebutnya Pak Nuh-, menanyakan seluk beluk rumah, dan akhirnya kamai dapat hari untuk ketemuan melihat rumah lebih dekat. Sreg. Ini rumah yang kami inginkan..

Karena kami tidak memiliki budget yang cukup untuk membeli rumah ini, KPR menjadi pilihan kami. Singkat cerita, melalui adik Pak Nuh- yang kebetulan kerja di property- kami memasukkan aplikasi KPR kami ke salah satu bank negara. Semua persyaratan kami penuhi dengan harapan pengajuan kami bisa cepat kami ketahui hasilnya. Seminggu belum ada kabar apapun, hingga suatu hari adik pak nuh memberi tahu kami bahwa pengajuan kami ditolak. Dan yang membuat kami lebih kecewa adalah pengajuan kami ditolak karena nomer hp suamiku tidak bisa dihubungi. Huuffttt,,,ini yang gak profesional bank nya atau pegawainya. Hampir seminggu kami siagakan hp 24 jam demi menunggu panggilan wawancara,,,eaallaahhhh nasib nasibbb si embak dengan santai bilang gagal gara2 gak bisa ditelfon.

Menenangkan hati, menjernihkan pikiran, daaaannnn ajuin aplikasi ke bank negara satunya.

Aplikasi diajukan dan seminggu kemudian kami dijadwalkan untuk wawancara. Horray,,setahap lebih maju. Berangkat wawancara nervous habis, pas wawancara nyantai luar biasa. Hihi pertanyaannya gak jauh beda sama form aplikasi yg kami isi sewaktu pengajuan kemarin.
Tiga hari setelah wawancara calon rumah kami kedatangan appraisal eksternal dari bank tersebut. Deg-deg an luar biasa sepanjang hari menanti kabar yang tak kunjung datang #hehe kebelet punya rumah
Tik tok tik tok,,seminggu, dua minggu berlalu tanpa kabar apapun. Sampai akhirnya kami nekat datang ke bank negara tersebut demi menanyakan status pengajuan kami. "Belum ada keputusan Pak, masih ada survey lagi dari appraisal internal kami, mungkin minggu ini sudah ada keputusan".

Kembali pulang, menenangkan hati dan menjernihkan pikiran lagi.

Kamis manis pun tiba. Pagi-pagi ada telpon dari nomer asing. Ketika diangkat ada suara Loan Service yang pernah mewawancarai kami. Haloooooo bla bla bla bla, yang intinya pengajuan kami di acc tapi dengan plafon kredit jauh di bawah nilai yang kamu ajukan. Di satu sisi senang karena di acc, di sisi lain bingung karena budget kami belum bisa menutup kekurangan dari biaya karena dampak plafon kredit yang turun.

Menenangkan hati dan menjernihkan pikiran lagi dan lagi.

Setelah usaha kami untuk meminta jangka waktu untuk pembayaran dp rumah kepada Pak Nuh si pemilik rumah untuk menyiasati plafon kredit yang turun tidak membuahkan hasil, maka saat itu pulalah kami menutup impian untuk memasuki rumah mungil di pinggiran kota malang.

#sebuah usaha untuk memiliki sebuah rumah di saat kontrakan lama hampir habis masa kontraknya dan dengan budget terbatas,,alhamdulillah.

Tidak ada komentar: