Sabtu, 22 Juni 2013

Hidup




“Hidup telah menunjukkan dengan caranya sendiri bahwa aku senantiasa dipandu. Tak perlu tahu ke mana ini semua berakhir. ...”
― Dee, Madre

“Saya sudah tahu -- semenjak semula -- bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada ujungnya. Perjuangan ini,meskipun kita sudah merdeka,belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan2 yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yg lain,demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan,maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan.”
― Mochtar Lubis, Jalan Tak Ada Ujung

“Dunia ini adalah dunia yang aneh. Dunia yang hijau tapi lucu. Dunia yang kotor tapi indah. Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan. Dan saya akan mengisinya, membuat mimpi-mimpi yang indah dan membius diri saya dalam segala-galanya. Semua dengan kesadaran. Setelah itu hati rasanya menjadi lega.”
― Soe Hok Gie

“Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya
(Rumah Kaca, h. 46)”
― Pramoedya Ananta Toer

Rabu, 19 Juni 2013

Candi Jago: episode anak terlantar

Karena kamis harus pulang ke dampit, makanya jum'at pagi terpaksa kami harus ikut Pak Nang kerja dulu ke tumpang baru pulang ke rumah kontrakan di malang. Hihihi ceritanya karena sungkan bawa anak istri ke tempat kerja akhirnya aku dan Sang menunggu di masjid tumpang. Di masjid banyak terjadi adegan yang hampir bikin satpam menegur kami, salah satu diantaranya adalah ketika Sang menendang kotak amal. Kotak amal yang sudah ditata rapi ditendang Sang sambil teriak gooooooollllllll. Huuuuufffttttt...akhirnya karena malu aku ajak Sang jalan2 di sepanjang trotoar di depan masjid, dan pada akhirnya kami ditemukan oleh budhe Lia dan diajak ke candi jago.
Tarif masuk ke candi jago adalah gratis. Lokasi candi ini terletak bersebelahan dengan perumahan warga. Karena kami ke siang maka panas pun tak bisa dihindarkan. Tapi ada salah satu sudut yang tedug karena  dipayungi pohon dan ada beberapa kursi dari batu yang memang disediakan. secara keseluruhan kawasan candi jago ini bersih dan terawat hmm kecuali kamar mandi yang memang berfungsi ganda sebagai gudang. Pulangnya kami hanya membayar biaya parkir yang besarnya adalah sukarela, itupun juga dimasukkan ke dalam kaleng di depan kamar mandi.
Inilah penampakan Candi Jago di Kecamatan Tumpang..

tampak depan

 Sang mainan hotwheel 

 kawasan candi yang asri

 nempel sama rumah warga

 Sang dan budhe Lia

 pojokan yang asri

 Sang lari2an kayak di film india

bertapa

 hehe anak jaman sekarang


penampakan


Weekend Ceria: Telaga Sarangan



Mumpung lagi di rumah Kung dan Uti Madiun, Pak Nang pengen ngajak Sang jalan-jalan ke Telaga Sarangan. Berbekal nekat karena gak ada yang hapal sama rute jalannya, akhirnya Pak Nang sebagai sopir, Om Bahrur dan Om Kris sebagai juru tanya, aku dan Sang sebagai penumpang yang manis berangkat mencari kitab suci ke Sarangan.

Perjalanan selama satu setengah jam kami tempuh untuk bisa menikmati indahnya jalanan berkelok dan memanjakan mata dengan pemandangan hijau. Memasuki Desa Candirejo jalan yang kami lalui mulai berliuk-liuk serta di kanan kiri tampak hamparan kebun sayuran hijau yang menyegarkan mata. Bagi yang tidak terbiasa dengan jalanan berkelok siap-siap saja untuk mabuk darat hehe. Dingin juga mulai mengintai kami. Semakin dekat dengan telaga sarangan maka dapat dipastikan dingin akan semakin menjadi.

Memasuki kawasan telaga sarangan, kami harus membayar Rp.35.000,00 untuk 4 orang dewasa dan biaya parkir mobil. Langsung saja kusodori uang pecahan 50ribuan,,,ee sama bapak loket masuk dikasih kembalian 20ribu...laaah tadi katanya 35 kok kembalinya 20ribu,,,kata Pak Nang,,alhamdulillahh rejekiiiiihhhh..hihi.

Setelah kami parkir, langsung disambut beberapa orang yang menawarkan kuda untuk berkeliling telaga. Akhirnya Pak Nang dan Sang yang jadi koboi hari ini, sementara aku, Om Bahrur dan Om Kris mau jalan kaki saja. Awal naik kuda Sang nangis ketakutan tapi lama-lama berani juga malah senyum-senyum dadaah dadaah. Aiiih niih anak tambah bikin gemes aja.


Puas jadi koboi dan berkeliling Telaga Sarangan, Pak Nang ngajak nyicipin yang namanya Sate Kelinci. Akhirnya kami terdampar di salah satu warung lesehan di pinggir telaga. Karena terbayang-bayang kelinci yang imut, aku jadi gak tega makan sate kelinci, akhirnya pesen sate ayam aja hihihi alesaaaann. Kenyang makan di sate kelinci dan sate ayam, kita mau keliling telaga dengan speed boat. Ihihiiiiii Sang sueneng banget. Maknya Sang malah yang agak gak punya nyali, sampe bilang ke sopir boatnya,,alon-alon ae ya pak. Sesi terakhir dari jalan-jalan ini adalah beli oleh2,,alias beli kaos yang ada tulisannya Telaga Sarangan,,hehe. Milih-milih eee malah Sang gak mau kaos Telaga Sarangan, si anak kreatif malah milih kaos yang gambarnya angry bird,,,yasudahlah daripada nanti nangis guling-guling minta angry bird, emaknya ngalah saja. Ternyata buah itu jatuhnya gak jauh dari pohonnya. Bukan hanya si anak yang gak mau kaos Telaga Sarangan, si Pak Nang juga milih kaos yang gambarnya wayang,,,alamaaaakkkk tepok jidat.