Kamis, 29 Agustus 2013

Cerita Mudik : Malang-Madiun-Pacitan

Huwaaaa,,terlena dengan aroma libur lebaran sampai-sampai baru nyadar kalo agustus sudah mau pergi aja. Cerita di bulan agustus adalah cerita tentang mudik, lebaran, jalan-jalan, dan makan-makan.

Mudik Part I : Menghitung jumlah rel kereta api (Madiun Kota Brem)

Akhirnya mudik juga,,setelah kurang lebih 6 bulan tidak menampakkan diri di rumah Kung dan Uti Madiun. Barang bawaan tentu saja membludak  karena Sang sudah tidak berdiapers lagi sementara toilet training-nya belum sepenuhnya lancar dan satu tas besar penuh itu hanya berisi baju-baju Sang sebagai amunisinya.

Kami membutuhkan kira-kira 6 jam perjalanan santai untuk sampai di Kota Brem. Melewati jalur  Malang-Blitar-Kediri-Nganjuk dan akhirnya Madiun.  Setengah perjalanan kami lalui dengan aman karena Sang tidur dengan lelapnya di pangkuan emaknya ini dan baru bangun saat memasuki kabupaten Kediri. Hihihi dan bisa dipastikan perjalanan setelah Sang bangun adalah perjalanan yang mengkhawatirkan karena Sang adalah anak yang tidak suka berlama-lama di dalam mobil. Alhasil emak dan bapaknya ini sibuk mengalihkan perhatian Sang agar tidak teriak-teriak minta turun dari mobil. Mulai dari nyemil, main mobil-mobilan, drama mengejar truck dan bis, nyanyi-nyanyi sampai ngitungin rel kereta api pun kami lakoni.

Mudik Part II : Mudik yang sebenarnya (Pacitan Kota 1001 Goa)

Inilah mudik yang sebenarnya. Walaupun tinggal dan besar di Madiun,tempat kelahiranku adalah di Pacitan, tepatnya di Desa Sidomulyo atau lebih terkenal dengan sebutan Gayam. Tahun ini adalah tahun kedua mudik ke Pacitan dengan Sang, yang membedakan adalah mudik kali ini kami lakukan sebelum lebaran tiba. Perjalanan dari rumah Madiun dimulai selepas adzan dhuhur dengan harapan sampai di Pacitan ketika adzan maghrib tiba. Sepanjang perjalanan dihinggapi rasa was-was, semoga Sang tidak mabuk darat.

Memasuki Desa Slahung-Kab. Ponorogo jalan yang meliuk-liuk eksotis mulai kami rasakan. Jalan berkelok  dengan tanjakan dan turunan yang tiada henti, bebatuan alam di kanan jalan dan jurang di kiri jalan, serta lagu Ebiet G Ade  menambah syahdu perjalanan ini. Hihihi jadi teringat masa kecil dulu, aku selalu menjadi langganan mabuk darat kalo mudik ke Pacitan. Kalo sudah mulai masuk Slahung, ibuku selalu siap-siap tas kresek hitam, minyak, serta koyo buat ditempel di perut. Banyak perubahan yang terjadi di sepanjang perjalanan menuju tempat kelahiranku. Dulu aku ingat setiap di belokan aku selalu was-was bis yang aku tumpangi bertabrakan dengan kendaraan lain karena memang jalur yang ada sempit dan masih jarang pembatas di pinggir jurang. Beberapa kali bis yang aku tumpangi hampir mencium truck ataupun bis lain. Dan sekarang,,,wwwoooooowww  jalannya lebar dan muluuusss hehe Kami sampai di Pacitan tepat pukul  17.00.

Mumpung di Pacitan kami berniat buka puasa di Warung Makan Bu Gandhos di Tamperan. Warung makan yang mempunyai moto yang sama dengan Soimah di salah satu TV swasta Jos gandhos kotos-kotos ini terletak di jalur yang menghubungkan Pacitan dengan Solo yang melewati Pantai Teleng Ria. Jika kita beruntung mendapatkan tempat di bagian lesehan, kita tidak hanya menikmati makanan enak tetapi juga bonus pemandangan pantai. Cara pesan menu di sini tergolong pun unik. Jika biasanya kita disodori kertas untuk menulis menu yang diinginkan kalau di warung Bu Gandhos ini semua menu yang ada di warung disajikan ke pengunjung, dan di meja pengunjung  barulah pengunjung memilih menu apa yang di ambil dan yang tidak. Gak ribet dan gak antri lama dan yang penting bisa langsung makan.  Kami memilih nasi putih, nasi thiwul, ikan bakar, lalapan, ikan goreng, sayur ikan pedes, dan es degan.  Untuk enam porsi kami hanya menghabiskan anggaran Rp.110.000,-. Hihihi kategori nyaman di kantong dan nyaman di perut. Setelah selesai buka puasa, barulah kami menuju Gayam tercinta dan semangkok bakso khas Gayam sudah menunggu.

pelebaran jalan sepanjang ponorogo-pacitan

di warung makan bu gandhos,, nungguin buka puasa

menu di bu gandhos

view pantai dari warung makan

Tidak ada komentar: